Breaking News
Loading...
Friday, April 10, 2015

Analisis Program Acara Talk Show

ANALISIS PROGRAM ACARA TALK SHOW
( Program Acara Ini Talk Show di Net Tv )

Rahmat Syah Putra


I.                   Abstrak
            Televisi merupakan media massa yang saat ini banyak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan. Oleh karna itu Artikel ini membahas dan mengganalisis program acara talkshow menggunakan analisis framing, dalam teori tersebut menjelaskan bagaimana sebuah media membingkai isu-isu menjadi sebuah berita yang di konstruksikan bukan sesuai dengan kehidupan sosial atau realita, tetapi dari pembingkaian tersebut media dapat mempengaruhi khalayaknya. Dan  mendeskripsikan program acara Ini Talk Show di Net TV bagaimana mereka membingkai pemberitaan atau isu-isu yang di sampaikan oleh para bintang tamu ( aktor, artis, dan narasumber) dan menyampaikan isu-isu tersebut kepada publik. Dalam teknik analisis artikel ini, kami menerapkan teori framing oleh, Robert M, Entman dan Pan Kosicki, dalam teori mereka bahwa framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Dalam acara talkshow ini kami mencoba melihat bagaimana pembingkaian isu-isu yang di sampaikan oleh bintang tamu dapat di konstruksikan menjadi tampak lebih realitas dan nyata di kehidupan masyarakat.
           
           
Kata Kunci: Talk Show, Analisis Framing, Ini Talk Show di Net Tv




II.                Pengenalan
Di era globalisasi ini, peran dan fungsi media massa sangat menjamur di masyarakat dunia. Menurut Kuswandi Seiring dengan perkembangannya, televisi bukanlah lagi merupakan kebutuhan tersier bagi masyarakat melainkan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Setidaknya sekitar dua jam per hari, setiap orang menyempatkan waktunya untuk menonton acara televisi. Kebutuhan khalayak akan hiburan yang simpel dan murah bisa diperoleh hanya dengan menonton televisi. Dengan berbagai alasan tersebut televisi memang sangat cocok dijadikan 2 tujuan utama bagi setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi. (Kuswandi;2008:99).
Seiring dengan semakin pesatnya persaingan diantara statiun televisi, tentunya membuat mereka harus lebih kreatif dan meningkatkan programprogram yang akan ditayangkan dari masing-masing statiun televisi tersebut sesuai dengan target audience mereka. Perkembangan televisi (TV) di Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai 2005, mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama adanya penambahan secara bertahap stasiun TV baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di lebih 50 kota besar dan di hampir semua provinsi di indonesia.
Seiring dengan perkembangan pertelevisian di Indonesia maka program-program acara yang ada di Indonesia semakin bertambah banyak.Di dalam analisis artikel ini kami akan membahas program acara talkshow. Kami mengambil salah satu program acara talkshow yang ada di Net Tv, yaitu Ini Talk Show. Ini Talk Show adalah program talk show yang dikemas dengan suasana santai, membahas isu-isu hangat yang ada di masyarakat dengan cara sederhana. Di program ini juga akan memperlihatkan suasana rumah dan karakter-karakter yang ada di rumah tersebut. Dengan peran Sule sebagai Host, Andre Taulany sebagai Consultant-Host, didukung oleh Yurike sebagai Mama Sule, Sas Widjanarko sebagai Om Sule, Maya Septha sebagai Asisten Rumah Tangga, dan Haji Bolot sebagai Pak RT.




III.             Framing Theory
Frame menurut Robert M, Entman (dalam Eriyanto, 2002: 64) adalah pemilihan (selection) dan penonjolan hal yang penting (salience). Proses framing merupakan proses seleksi dari berbagai realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibanding yang lain. Entman juga menyertakan penempatan-penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Frame menurut Gamson dan Modigliani (dalam Sobur, 2001 ; 162 ) merupakan cara pandang sebagai kemasan yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide – ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peritiwa – peritiwa yang berkaitan dengan obyek suatu wacana.
Framing oleh Pan Kosicki (2001 ; 38) diartikan sebagai proses untuk memaknai secara kognitif dan memberikan artikulasi sebuah kenyataan. Framing dianggap sebagai alat yang digunakan untuk melakukan encoding, mentafsirkan, serta memunculkan informasi yang dapat dikomunikasikan dan dihubungkan dengan kebiasaan dan konvensi pekerjaan jurnalistik. Framing merupakan sebuah skema intepretasi. Oleh karena itu framing dapat dikaji sebagai suatu strategi untuk mengkonstruksi dan memproses wacana berita atau sebagai karakteristik wacana itu sendiri. Meskipun para ahli berbeda dalam mengartikan framing, tetapi kita dapat menarik benang merah diantaranya untuk dijadikan sebagai pisau analisis. Yaitu hampir semua sepakat bahwa framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. 

Muara akhirnya adalah ada beberapa bagian yang ditonjolkan dan beberapa bagian lain yang disembunyikan. Akibatnya khalayak akan mengingat hal-hal tertentu yang ditampilkan dan mengesampingkan hal yang tidak muncul. Agar tidak tercerabut dari konteks dan nuansa sosial budayanya, setiap studi terhadap media massa perlu mempertimbangkan konteks sosial dan sejarah yang melatarbelakanginya. Salah satu pendekatan yang bisa menjadi alternatif untuk melihat realitas lain di balik wacana media adalah analisis framing. Sebagai suatu metode analisis teks, analisis framing banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi.

Dari sosiologi terutama sumbangan dari Peter Berger dan Erving Goffman, sedangkan teori psikologi terutama yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Untuk memperkaya intepretasi kita dapat memanfaatkan teori-teori kritis dan hermeunetik, misalnya dari Juergen Habermas, Teun Van Dijk, Umberto Eco, Paul Ricoreur, Louis Althusser. Bahkan teori-teori pasca modernis dari Michael Foucalt, Pierre Bourdieau, dan Jacques Derrida (Beilharz, 2003: 127). Dengan framing, media massa akan mengarakan audiensnya untuk memaknai realitas yang ada menurut kehendaknya. Ada hal – hal yang ingin ditonjolkan dalam rangka membangun citra dan membentuk persepsi khalayak tentang sebuah isu. 

Kemudian di sisi lain, ada hal yang direduksi atau bahkan tidak ditampilkan sama sekali agar khalayak hanya melihat sisi – sisi yang ditonjolkan oleh media. Ketika media menyajikan berita kepada pembacanya ada bantuan “alat” yang digunakan untuk membangun citra. Alat itu berupa data, kutipan narasumber, foto, grafik, maupun narasi yang dimunculkan sesuai kepentingan pembuatnya.















IV.             Literatur Review
ANALISIS FRAMING BERITA BENCANA LUMPUR LAPINDO PORONG SIDOARJO DI TV ONE

Konsep Analisis Framing
Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya (Sobur, 2001:162).
            Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa menendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas, dst. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni-kreativitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu.

Teori Framing Model Robert N Entman
Framing memiliki impilkasi penting bagi komunikasi politik. Sebab framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak—ia menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks.  Konsep framing menurut Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel.
Robert N Entman melihat Framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya. Di balik semua itu, pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita.
Framing, scara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehinggamempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dana atau merekomendasikan penanganannya. Entman melihat sebuah framing  yang di gunakan oleh media dengan dua pendekatan, yaitu : 1.) Seleksi Isu: Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? 2.) Penonjolan Aspek Tertentu Dari Isu: Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih, bagaiman aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan pada khalayak.














V.                Analisis Framing
Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2005, p.3). Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas.  Analisis Framing sendiri juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Dari analisis framing yang dilakukan terhadap program acara talkshow Ini Talk Show Di Net Tv, kami menemukan bahwa program acara talkshow Ini Talk Show Di Net Tv pada dasarnya sudah menampilkan realitas yang ada. Tetapi mereka memframenya dengan menggunakan unsur-unsur comedy, sehingga isu-isu yang di sampaikan tidak terlalu berat dan pemberitaan yang di sampaikan terlihat lebih ringan dengan adanya unsur-unsur comedy tersebut.
Dalam acara talkshow teknik pembingkaian di lakukan untuk mempengaruhi publik bahwa semua isu-isu yang di bicarakan semuanya berdasarkan realitas kehidupan sosial dan agar publik tidak mengira bahwa semua isu-isu yang di sampaikan itu bukan berdasarkan relitas kehidupan sosial para narasumber (artid dan aktor). Pada acara Ini Talk Show Selalu menyampaikan isu-isu pemberitaan dengan unsur comedy, sehingga publik mengira bahwa semua isu-isu yang di sampaikan itu tidak pernah berkaitan dengan kesedihan, dan mereka membuat dengan unsur comedy agar publik dapat merasa enjoy dan senang pada saat menonton acara Ini Talk Show. Dan semua yang di sampaikan di acara tersebut hanya kesenangan dengan adanya unsur comedy tersebut. Mereka mengkonstruksikan realitas sosial para narasumber (aktor dan artis) menciptakan isu-isu yang positif meskipun pada awalnya negatif.
Acara Ini Talk Show di kemas berbeda dengan acara talkshow lainnya, mereka tidak terlalu terpaku dengan konsep acara talkshow lain. Acara mereka juga menampilkan kesolitan penonton dengan para kru-kru dan para aktor-aktor yang ada di Ini Talk Show. Mereka menganggap penonton sebagai pembentuk suasana yang ceria di acara talkshow mereka.
Dengan menyajikan acara Ini Talk Show seperti konsep sekarang, dapat di lihat acara Ini Talk Show mendapatkan rating yang tinggi dan memiliki Iklan yang banyak dan ditayangkan pada waktu prime time acara-acara televisi.



VI.             Kesimpulan
Dari hasil analisis artikel ini  mengenai pembingkaian acara talkshow Ini Talk Show stasiun televisi Net Tv dapat ditarik kesimpulan, bahwa mereka membingkai pemberitaan atau isu-isu yang di sampaikan oleh para bintang tamu ( aktor, artis, dan narasumber) dan menyampaikan isu-isu tersebut kepada publik. Acara tersebut selalu menyampaikan isu-isu yang ringan dan santai seakan semua isu-isu yang di bahas itu memang berdasarkan realitas kehidupan sosial yang sebenarnya, bukan adanya unsur settingan dari para kru-kru acara talkshow tersebut.
Acara tersebut menampilkan konsep yang berbeda dengan acara talkshow lainnya, yang menerapkan unsur comedy di setiap segmentnya tidak selalu mengaggap serius di setiap pembahasan yang mereka sampaikan, sehingga membuat masyarakat terhibur dan merasa ceria.










VII.           Referensi
Sobur, Alex, 2002 Analisa Teks Media: Suatu Pengatar untuk Analisa Wacana, Analisa Semiotika dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya
Eriyanto, 2007. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. LKIS
Nurudin, 2007.Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: penerbit PT. Raja Grafindo Persada





0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer